Tuesday, March 15, 2011

Kangen Putih Abu Abu

Tadi pagi melintasi ampera menuju kemang, lewat sekolah, terlihat anak-anak sekolah menggunakan seragam putih abu-abu. Sesaat membawaku kembali ke 13 tahun yang lalu, masa-masa dimana rasa bangga itu hadir ketika mengenakan seragam putih abu-abu untuk pertama kalinya. Dan tidak dipungkiri dengan kata-kata orang sebelumnya bahwa itu adalah masa-masa terindah. Dengan pakaian seragam sekolah tingkat paling atas.

Bisa diingat, pada masa-masa itu hampir semua film indonesia mengisahkan tentang anak SMA, sebegitu bangga orang-orang dengan masa itu. Seragam itu menjadi lambang pergaulan remaja pada saat itu. Rasa bangga ketika mengenakan seragam itu.

Bandingkan dengan masa sekarang, sudah amat sangat jarang perfilman indonesia yang bergenre remaja menggunakan seragam putih abu-abu. Sinetron sekarang lebih mengincar target kuliah - keatas, contoh saja cinta fitri, film yang diperankan oleh anak belasan tahun, tapi sudah berperan sebagai seorang istri, atau kisah putri yang ditukar, pemain utama nya asih belia namun memerankan sosok seorang wanita karir.

Kebalikan dari beberapa tahun lalu, dimana dian sastro and the gank dengan bangga mengenakan seragam putih abu abu, atau mona ratuliu yang pada saat itu sudah menjadi istri dari indra brasco masih memerankan tokoh anak SMA, atau kisah rumah pondok indah, kisah anak menteng.

Apakah karena remaja sekarang yang terlalu cepat dewasa, atau kah kebanggan putih abu-abu memang sudah tidak ada.

Betapa bahagia nya masa-masa itu, masa-masa dimana tidak ada beban financial yang perlu ditanggung oleh anak-anak SMA, tapi tanggung jawab besar pun ada di pundak mereka, tanggung jawab untuk menjadi yang terbaik, tanggung jawab untuk memasuki universitas terbaik, belajar berorganisasi, belajar berdebat, penuh keceriaan, rasa lelah yang sangat bermanfaat. Dapat menikmati hasil dari setiap usaha yang kita lakukan.

Dan seiring berjalan waktu masa-masa itu pun hilang, sekarang ada beban financial, ada kebutuhan akan uang, semua yang dilakukan atas dasar uang, usaha pun belum tentu bisa menghasilkan. Butuh teknik-teknik pendekatan (read: menjilat).

Oh God, betapa aku merindukan masa-masa itu, betapa aku merindukan masa-masa putih abu-abu.

No comments:

Post a Comment