Hari itu hari Jumat 29 Juli 2011.
Hari dimana untuk pertama kalinya saya datang berkunjung ke YPAC (Yayasan Pembinaan Anak Cacat) yang berlokasi di:
Jl. Hang Lekiu III No. 19, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Hari itu kantor mengadakan acara charity, beruntung saya termasuk sebagai salah satu undangan disana, ketika saya datang, teman-teman kantor saya yang lain belum datang, jadi saya punya kesempatan untuk mengenal anak-anak itu lebih dalam.
Memasuki pintu gerbang, saya melihat anak-anak itu dengan segala keterbatasannya melakukan lomba balap cepat dengan penuh suka cita, beberapa dari peserta lomba ada yang masih perlu di bimbing oleh pengajarnya, sementara anak-anak yang lain menyemangati mereka dengan riang. Tatapan saya berhenti kepada seorang pria, yang menatap tajam ke arah saya, dan melemparkan senyuman, ramahh sekali. yang menarik perhatian saya adalah tangan pria tersebut dibalut perban, dan sesekali dia mengigit tangannya sendiri, saya menyimpulkan balutan perban nya itu karena memang dia sering mengigiti tangannya sendiri. Satu hal lagi yang pria ini diikat di atas kursi. Iba memang melihatnya, dia hanya bisa melihat teman-temannya bermain, mungkin dalam hatinya pun ingin ikut main, tapi pasti ada alasan kenapa dia tidak diikut sertakan, saya asumsikan karena kelainan yang dimilikinya, karena saya juga sempat melihat pria tersebut marah sambil melompat-lompat dan mengigiti tangannya. Salah seorang pengurus yayasan memberi tahu untuk jangan terlaku dekat dengan pria tersebut, karena pria tersebut kalau sudah mengigit tangan orang nggak mau dilepas. Dia juga sudah kehilangan rasa sakit di tangannya, jadi kalau pun dia mengigiti tangannya itu seperti tidak sakit.
Selain pria ini, ada lagi seorang gadis cantik berambut panjang, keturunan perancis, cantik sekali, tapi dia tidak bisa berbicara, dia terduduk di atas kursi roda, saya sempat berbincang dengan nya, namanya melanie, usianya 23 tahun, kalo di rumah ia suka maen facebook dan nonton bola, dia tidur malam paling cepat jam 11, dan jam 4 pagi sudah harus bangun, gelang ban yang dia pakai hari itu adalah pemberian ibunya, dia punya seorang adik, dia setiap mandi selalu dimandikan oleh pengasuhnya. Dia tidak mau dibilang orang perancis, dia hanya ingin dianggap dia orang Indonesia. Saya bisa melihat anak manis ini adalah anak yang baik, hatinya bersih, pintar, berapa kali saya melemparkan pertanyaan kepadanya, ia dengan mudah menjawabnya. Bahasa yang saya gunakan dengan melanie adalah bahasa gerak bibir dan bahasa tubuh, selebihnya dibantu oleh pengasuhnya yang memang sudah 4 tahun kerja bersamanya, dan pastinya sudah paham apa yang dikatakan melanie. Sesekali terlihat melanie bersenda gurau dengan pengasuhnya. Terlihat jelas kedekatan antara melanie dengan pengasuhnya. Hari itu saya berjanji untuk add melanie di Facebook, cuma Blackberry saya mati, jadi saya hanya bisa menghafal namanya. Sesampai dikantor, saya cari nama melanie ada begitu banyak nama melanie, sehingga saya kesulitan menemukannya, ada perasaan bersalah karena tidak menepati janji saya kepadanya, mungkin hari itu dia sedang menunggu invitation dari saya.
Selain melanie, ada juga anak SD yang bernama Raja, dia masih bisa berjalan walau pun tetap menggunakan alat bantu, bicaranya masih jelas walaupun sesekali air lliur keluar dari sudut bibirnya, alilsnya tebal, rambutnya tebal, dia sangat periang, dan memiliki kemampuan yang cukup bisa dia banggakan, dia bercita-cita untuk jadi pemain bola, dia bilang kepada saya, dia tidak suka bermain bola di YPAC karena bolanya bola plastik dan gambar nya kartun, sedangkan dia ingin bermain bola di lapangan hijau dengan baju seragam dan bola sungguhan. Dia bilang kepada saya suatu saat dia akan sembuh dari penyakitnya dan menjadi pemain bola.
Selain itu juga saya sempat berbincang dengan seorang wanita, berusia 34 tahun, mengenakan jilbab, saat itu kita sedang makan siang bersama, dia makan sendiri, saya duduk disampingnya, dan dia pun mulai mengajak saya ngobrol, kami pun ngobrol panjang lebar. Dia bercerita kalau sepulang dari sekolah dia masi harus mengasuh keponakannya, tidak jarang keluarga terdekatnya menghina dan memarahinya. Yang dia punya hanya kesabaran. Dia sempat bertanya kepada saya apakah besok saya puasa?? Saya bilang iya, saya bertanya balik kepadanya, apakah dia puasa juga, dan ternyata dia pun berpuasa juga, dia bilang kalau puasa itu dia haus, tapi dia harus puasa, karena itu ibadah untuk Allah. Hari itu saya berasa tertampar dengan pernyataannya, karena jujur saja sebagai orang yang lemah iman, kadang kalau sedang berpuasa, lalu di siang hari saya merasa tidak kuat, maka saya akan berbuka. Dengan segala kesempurnaan fisik ini, saya mampu berbuat demikian, sedangkan orang yang ada dihadapan saya saat itu, dengan kekurangannya, dengan haus yang dia rasakan, dengan keterbatasannya, dia tetap bertahan untuk puasa. Dia bilang Allah sayang sama dia, dia beruntung karena dia tidak dibuang oleh keluarganya, dia punya teman-teman yang luar biasa, itu lah wujud syukur dia kepada Tuhannya. Sedangkan saya, kemana saja saya selama ini. Kurang sayang apa Allah sama saya.
Perjalanan saya hari itu ke YPAC bagi saya seperti sebuah perjalanan spirituil tersendiri, melihat mereka, membawa pelajaran tersendiri bagi saya. Betapa beruntungnya saya selama ini.
Satu hal yang saya merasa sudah hilang di diri manusia normal. "KEPERDULIAN".
Hari itu saya melihat dengan mata saya sendiri, bagaimana mereka yang masih mampu jalan, walaupun dengan terpincang-pincang, membantu teman mereka yang di kursi roda. Sesekali saya melihat anak yang mengelap air liur temannya dengan sapu tangan. Pada saat pembagian hadiah, mereka membantu teman-teman mereka untuk mengambil hadiah, ada seorang pemenang, yang hari itu dapat hadiah banyak, tapi ia bagikan kepada teman-temannya.
Ya Allah, saya hanya bisa berdoa dalam hati, apapun agama mereka, tolong berikan mereka tempat terindah disisiMu nanti. Cukuplah cobaan yang mereka alami di dunia ini. Angkat derajat mereka nanti.
Terlihat jelas, mereka menyatu dalam keberadaan mereka, tidak ada perbedaan agama, ras, dan harta.
Sempat saya melihat, seorang pria, yang ketika salah seorang pengurus yayasan datang dia menyapa ibu tersebut dengan riang, dan tangannya mengangkat keatas, tanda meminta uang, saya agak terkejut hari itu, karena ternyata mereka juga mengerti uang, kemudian pengurus yayasan itu menjelaskan kepada saya bahwa beberapa diantara mereka juga bekerja, walaupun pekerjaan itu tidak berat, tapi paling tidak mereka diajarkan untuk hidup mandiri. Kebetulan hari itu tanggal 29, jadi seharusnya dia sudah gajian, ternyata pria tersebut minta gaji. Saya tersenyum melihatnya. Rasa bangga melihat mereka, dengan segala kekurangannya bekerja untuk mendapatkan uang. Sangat miris jika membandingkan dijalan-jalan orang hanya duduk mengemis berharap uang datang dengan sendirinya tanpa melakukan apa-apa. Belum lagi ditambah para anak muda yang suka datang meminta paksa uang, mengancam para penumpang. Dua perbedaan yang sangat mencolok, yang masih duduk diatas kursi roda masih bisa menghasilkan uang dengan cara yang halal. Kenapa yang sempurna harus meminta-minta.
Sempat juga saya melihat seorang wanita dengan topi nya, kaos oblong, dan celana gantung nya, sebelumnya saya sering bertemu dengan nya di halte seberang ratu plaza, setiap jam 7 kurang dia pasti ada disana, dulu saya melihatnya dengan pandangan aneh, karena saya tidak tahu apa yang dia derita, dia berjalan normal, cuma agak pincang, badannya kurus, saya dulu sempat pikir dia aneh, sekarang saya bertemu langsung dengannya.
Mereka faham benar arti kata 'respect', mereka akrab sekali dengan kata 'love' dan bagi saya mereka semua SEMPURNA. Secara fisik, mungkin beberapa organ mereka tidak berjalan sesuai fungsinya, tapi diluar fisik, hati mereka bekerja sebagaimana yang seharusnya. Sebagai manusia mereka benar-benar 'SEMPURNA'.
Saya ingin melakukan sesuatu untuk mereka, tapi saya tidak tahu harus melakukan apa. Mungkin ini hanya sebagian kecil yang bisa saya lakukan untuk mereka. Berharap ada yang tergerak untuk membantu.
Saya ambil brosur, dan membantu menyebarluaskannya, didalam brosur itu ada kutipan dari John Wesley:
Lakukan semua kebaikan yang anda bisa
dengan segenap hati yang anda bisa
dengan segala cara yang anca bisa
di segala tempat yang anda bisa
di segala waktu yang anda bisa
kepada semua orang yang anda bisa
selama anda bisa
Itu lah yang saat ini bisa saya lakukan untuk mereka.
Di Yayasan tersebut terdiri dari 98 orang anak, ada yang dari kalangan berada, ada juga yang tidak, mereka selama ini bertahan dengan sistem subsidi silang, dan dari donatur. Saya beraharap, jika ada yang tergerak hatinya untuk membantu dapat transfer melalui:
Bank Mandiri Cabang Jakarta Melawai
No. Rek YPAC Jakarta: 126.006.000.13.01
Inilah mereka: